Bahasa merupakan media komunikasi yang
dimiliki setiap orang. Kemampuan berbicara seseorang sangat erat kaitannya
dengan bahasa yang digunakan. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan
budaya dan sangat beragam, begitupun dengan bahasa. Dari Sabang sampai Merauke
terdapat ratusan bahkan ribuan jenis bahasa yang digunakan seperti bahasa Aceh,
Batak, Melayu, Sunda, Betawi, Jawa, Bugis dan lain sebagainya. Dari sekian
banyaknya bahasa tersebut, masih beragam pula jenisnya dari masing-masing
bahasa. Misalnya bahasa Batak, yang terdiri dari berbagai jenis yakni Batak
Karo, Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Simalungun dan sebagainya.
Eksistensi bahasa daerah memang perlu
dipertahankan karena merupakan warisan budaya leluhur yang menjadi ciri khas
suatu daerah di Indonesia. Misalnya jika kita mendengar kata Batak maka
pandangan kita langsung tertuju pada Sumatera Utara, atau Betawi yang
menjadi ciri khas ibukota. Pelestarian bahasa daerah sudah semestinya dilakukan
secara turun temurun dan diwariskan kepada anak cucu agar tetap eksis.
Anak-anak zaman sekarang sudah banyak yang terkontaminasi pengaruh budaya luar,
dari segi bahasa kini tak jarang anak-anak yang bisa disebut alay. Pengaruh
budaya tersebut sebagian besar berasal dari barat dan beberapa berasal dari
timur. Lihat saja anak-anak zaman sekarang lebih senang dengan lagu-lagu Korea
ketimbang lagu-lagu daerah. Belum lagi tontonan di tv sebagian besar sudah
tidak memihak terhadap perkembangan psikologis anak. Mereka lebih senang dengan
dunianya yang seperti sekarang kita lihat di era globalisasi ini.
Abad ke-21 memang disebut-sebut sebagai era
globalisasi dan modernisasi. Hampir semua hal dapat dilakukan dengan mudah dan
singkat, atau bisa dikatakan zaman sekarang ini sebagai zaman yang serba
instan. Seperti halnya dalam waktu singkat anak-anak zaman sekarang lebih mudah
dan cepat menghafal lagu-lagu korea maupun lagu yang memiliki unsur “percintaan”.
Jika kita tanya apakah anak-anak itu tahu dengan lagu daerahnya? Mungkin hanya
sebagian kecil saja yang mengerti dan bisa menyanyikan lagu daerahnya
masing-masing.
Terlepas dari itu, tidak ada salahnya kita
belajar bahasa asing. Bukan berarti untuk meninggalkan bahasa daerah, tetapi
justru untuk menambah wawasan dan kapasitas kemampuan diri. Semakin kita
mengenal banyak bahasa maka akan semakin memudahkan kita untuk berkomunikasi
secara lebih luas. Bahasa asing yang familiar kita dengar adalah bahasa
Inggris. Bahkan hampir di semua penjuru kota di Indonesia terdapat fasilitas
les privat maupun bimbel bahasa Inggris. Padahal bahasa asing yang tak kalah
penting untuk kita pelajari adalah bahasa Arab. Kita tahu bahwa bahasa Arab
merupakan bahasa Al-Qur’an yang menjadi tuntunan bagi umat muslim di seluruh
dunia. Lalu mengapa tidak banyak orang yang mempelajarinya? Mungkin sebagian
besar akan menjawab bahwa bahasa Arab tidak begitu penting digunakan dalam
kehidupan sehari-hari atau dianggap susah. Karena dalam kehidupan sehari-hari
orang biasanya lebih senang menggunakan bahasa daerah, dan berpikiran kalaupun
berkesempatan untuk pergi umroh maupun haji telah tersedia penerjemah sehingga
merasa tidak diperlukan lagi belajar bahasa Arab.
Huruf-huruf abjad bahasa Arab berbeda dengan
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Penulisan kalimat dengan huruf Latin
adalah dari kiri ke kanan, sedangkan bahasa Arab dari kanan ke kiri. Begitupun
dengan cara membacanya, orang sudah terbiasa membaca dari kiri ke kanan
sehingga ketika pertama kali belajar bahasa Arab akan mengalami kesulitan.
Padahal kenyataannya belajar bahasa Arab jauh lebih mudah ketimbang bahasa
Inggris. Menghafal kata maupun kalimat dalam bahasa arab dapat dilagukan
sehingga lebih mudah diingat. Misalnya menghafal angka-angka dalam bahasa Arab “wahidun
satu, itsnani dua, tsalatsatun tiga, arba’atun empat, khomsatun lima, sittatun
enam, sab’atun tujuh, tsamaniyatun delapan, tis’atun sembilan, asyarotun
sepuluh”. Selain itu, pelafalan bahasa Arab juga tidak begitu sulit seperti
bahasa Inggris. Huruf alif dalam bahasa Arab dapat dibaca “a”, “i”, atau
“u” sesuai dengan tandanya pada huruf tersebut fathah, kasrah atau dhammah. Berbeda
dengan bahasa Inggris dimana huruf “A” harus dibaca “ei”, atau “I” dibaca “ai”,
tentu ini lebih sulit.
Implementasi penggunaan bahasa Arab dapat kita
latih jika ada lawan bicaranya. Percuma saja jika kita belajar bahasa Arab
tetapi tidak diaplikasikan ke dalam kehidupan. Banyak cara untuk
mengaplikasikannya seperti praktek di sekolah, berbicara dengan rekan kerja
yang sama-sama bisa berbahasa Arab dan sebagainya.
Salah satu sekolah formal yang menerapkan
penggunaan bahasa Arab dalam percakapan sehari-hari adalah SMAN Cahaya Madani
Banten Boarding School (CMBBS) yang terletak di kaki gunung Karang, kabupaten
Pandeglang, Banten. Sekolah ini berdiri sejak tahun 2004 dan baru memulai
operasionalnya pada tahun 2006. Setiap siswa wajib tinggal di asrama yang masih
satu komplek dengan gedung sekolah. Seluruh biaya operasional pada tahun
angkatan pertama hingga angkatan kelima sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah
Provinsi Banten. Kedisiplinan sudah diterapkan sejak siswa mulai mendaftar
masuk. Terdapat tiga tahapan seleksi yang sangat ketat untuk menjaring
siswa-siswi berbakat dan potensial serta memiliki keterbatasan biaya. Setiap
siswa diwajibkan menggunakan bahasa Arab dan Inggris selama mengikuti kegiatan
di sekolah tersebut, khususnya dalam percakapan sehari-hari. Awalnya kebanyakan
orang mengira bahwa siswa-siswi di sekolah ini merupakan dari latar belakang
pesantren yang sudah mahir berbahasa Arab. Padahal kenyataannya banyak sekali
siswa yang berasal dari SMP Negeri dan belum pernah sedikitpun mengenal bahasa
Arab sebelumnya. Semua siswa tentu akan diajarkan terlebih dahulu dalam kurun
waktu tiga bulan untuk berlatih berbahasa Arab dan Inggris.
Penggunaan bahasa asing yang diterapkan di
sekolah ini bersifat kontinu selama tiga tahun. Sistemnya adalah dalam waktu
satu bulan dibagi menjadi pekan bahasa Arab (Arabic Week) dan pekan
bahasa Inggris (English Week) masing-masing dua pekan, dan begitu
seterusnya. Namun kenyataannya siswa-siswi lebih senang menggunakan bahasa Arab
karena dianggap lebih mudah. Sehingga ketika English Week tidak sedikit
siswa yang menggunakan bahasa Arab. Ini menjadi bukti betapa mudahnya belajar
bahasa Arab dan akan lebih mudah lagi jika sering digunakan dan diaplikasikan
ke dalam kehidupan sehari-hari dan ada lawan bicaranya. Sistem seperti ini
bukan tidak mungkin dapat diterapkan di sekolah-sekolah lain, karena pada
hakekatnya dengan membiasakan diri kita akan bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar