Berbicara tentang Solo tentu akan sangat mengesankan. Kota
budaya yang paling terkenal di Jawa Tengah dengan segala keunikan yang
dimilikinya. Beragam jenis unsur budaya dapat kita temui disini mulai dari
makanan hingga kain batik. kota Solo terkenal dengan slogan "The Spirit of Java".
sebelum berangkat di stasiun Tugu Jogja |
Perkenalkan nama saya Devki, pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan
pengalaman saya di kota Solo selama satu hari karena berdomisili di Jogja jadi
cukup mudah akses untuk menempuhnya. Hari minggu tepatnya tanggal 1 Juli 2012
saya dengan seorang sahabat namanya Dwi pergi ke Solo dengan menggunakan KA
prameks jam 9 pagi. Sebelumnya kami belum merencanakan tempat apa saja yang
akan dituju di kota Solo karena memang saat itu kami sangat mendadak kebetulan
sedang tidak ada kegiatan maka memutuskan jalan-jalan ke Solo. Kami sebelumnya tak merencanakan tempat mana saja yang akan dikunjungi di Solo, niatnya hanya ingin jalan-jalan.
menunggu prameks tiba |
Akhirnya kami
memutuskan turun di stasiun Solo Balapan, dari stasiun kami berjalan ke arah utara
menuju terminal Tirtonadi. Disini kami berencana akan melanjutkan perjalanan
dengan menggunakan angutan kota atau angkot dengan tujuan pasar Klewer,
letaknya di dekat alun-alun Lor. Pasar ini tak beda jauh dengan pasar
Beringharjo di Jogja, hampir seluruh isinya batik. Kami disini hanya membeli
kaos batik, maklum mahasiswa akhi bulan jadi tak banyak yang kami beli toh
niatnya ke Solo hanya ingin jalan-jalan refreshing setelah UAS.
di depan masjid ageng |
Waktu dzuhur tiba, kami singgah ke masjid Ageng Solo yang
terletak di sebelah barat alun-alun, di sekitar gerbang masjid banyak terdapat
pedagang yang menjajakan makanan maupun kerajinan tangan.
Masjid ageng ini didirikan sepaket dengan keraton Surakarta Hadiningrat mulai dibangun oleh Pakubuwono III pada tahun 1763 dan rampung pada tahun 1768. Posisi masjid agung dan alun-alun kini menjadi budaya hampir di semua kota khususnya di pulau Jawa. coba perhatikan saja di setiap sisi barat alun-alun pasti terdapat masjid agung. Masjid ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan islam di Jawa umumnya dan khususnya bagi keraton Surakarta Hadiningrat.
kudanya catur |
Selepas salat dzuhur kami istirahat sejenak menuju
keraton Solo di bagian selatan alun-alun. Disini ada sebuah patung kuda yang
mirip dengan pion kuda dalam permainan catur.
saya sendiri tidak begitu tahu mengenai patung pion kuda, tapi di dalam keraton sebenarnya ada juga patung kuda tapi bentuknya mirip dengan kuda pada umumnya berkaki empat lengkap dengan aksesoris kerajaan. Konon kuda tersebut biasa digunakan oleh pengantin pria kerajaan pada jamannya.
Puas jalan-jalan di sekitaran keraton kami berencana
pulang, tapi kali ini tidak ke stasiun Solo Balapan melainkan ke stasiun
Purwosari yang terletak di sebelah baratnya. Karena hari masih terang maka kami
putuskan untuk jalan kaki menuju Purwosari. Saya sendiri tak tahu berapa
jaraknya yang pasti waktu itu ditempuh hampir dua jam.
Baru saja keluar dari alun-alun menuju jalan Slamet
Riyadi kami disuguhi pemandangan kota yang “WAH”, tepatnya di bunderan Gladag
terdapat patung Slamet Riyadi yang berdiri kokoh sembari mengacungkan senjata ke atas. Slamet Riyadi merupakan salah satu pahlawan termuda karena meninggal pada usia 23 tahun di Ambon, Maluku. Untuk mengenang jasa-jasanya maka Slamet Riyadi diabadikan menjadi sebuah nama jalan di kota Solo yang membentang di pusat kota dan menjadi salah sati ikon kota Solo.
bus tingkat Werkudara |
Tak hanya itu, di kota Solo ini juga terdapat sebuah bus
yang unik yaitu bus tingkat Werkudara. Mungkin di Indonesia hanya di Solo ini
yang masih beroperasi bus tingkat. Bus ini dikhususkan bagi wisatawan yang
hendak keliling kota Solo. Namun waktu itu kami hanya berfoto saja karena bus
sudah dibooking oleh sebuah instansi. padahal dalam hati ingin sekali mencoba naik bus warna merah itu, mungkin belum kesempatan.
sekedar informasi jika ingin naik bus ini harus memesan tiket terlebih dahulu di dinas perhubungan kota Solo karena bus ini tidak jalan setiap hari, hanya weekend saja. namun jika ada pesanan dari instansi atau komunitas tertentu maka bus tingkat ini tidak dijalankan untuk umum, hanya bagi penyewa saja.
rel pinggir jalan |
Di sepanjang jalan Slamet Riyadi dari bunderan Gladag
hingga stasiun Purwosari terdapat satu hal lagi yang unik, yaitu rel kereta api
yang bersinggungan langsung dengan jalan aspal tepat di sebelah selatan jalan
Slamet Riyadi. Jalur ini menghubungkan Purwosari dengan Solo Kota hingga
Wonogiri, biasanya ada kereta wisata Jaladara yang melaluinya.
beberapa waktu lalu sebenarnya jalur ini masih aktif dilalui kereta feeder jurusan Wonogiri namun karena suatu hal kereta api tersebut tidak beroperasi lagi.
Pepohonan yang rindang turut menghiasi jalan Slamet Riyadi yang menjadikan suasana kota Solo lebih sejuk. di sepanjang trotoar jalan ini juga cukup bersih, tidak seperti kota-kota besar yang umumnya kumuh.
salah satu meriam di Taman Sriwedari |
Setelah cukup lama berjalan kami singgah sejenak di
pelataran taman Sriwedari, disini terdapat patung meriam kembar yang terpampang di
depan pintu gerbang Taman Sriwedari.
pelataran ini seperti panggung dan biasa dimanfaatkan pengunjung untuk mengadakan acara maupun untuk duduk santai sambil ngabuburit.
Taman Sriwedari ini dibangun olehPakubuwono X yang merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau di kota Solo dan di dalamnya terdapat stadion yang pernah digunakan untuk kegiatan PON pertama pada tahun 1948. Kini lapangan Sriwedari tersebut biasa digunakan untuk acara malam selikuran.
Suasana stasiun Purwosari |
Setelah istirahat sejenak kami melanjutkan perjalanan
menuju stasiun Purwosari, sepanjang jalan Slamet Riyadi ini sangat memanjakan
pejalan kaki.
begitu pun dengan kondisi stasiun Purwosari yang bersih tak ada satu pun sampah ditemui di peron stasiun, sehingga para penumpang akan merasa lebih nyaman ketika menunggu kereta. penumpang pun terlihat lebih tertib ketika hendak menaiki kereta yang baru saja tiba dengan melalui peron sebelah selatan sehingga di sisi utara kereta terlihat lebih rapi.
Sebenarnya saya pribadi masih belum puas jalan-jalan di
kota Solo, masih sangat banyak yang belum tersentuh, perjalanan ini baru menyentuh kulitnya saja. Namun karena waktu yang
sangat singkat mungkin lain kali berkunjung lagi, karena tak akan pernah
membosankan menikmati suasana kota yang pernah dipimpin pak Jokowi ini.
wah keren ya pak solo sekarang
BalasHapus