Seperti biasa, sekitar jam 2 dini hari aku
selalu terbangun sebelum alarm di ponselku bunyi. Entah mengapa akhir-akhir ini
aku selalu terbangun di jam-jam tengah malam seperti itu, padahal dulu aku
termasuk orang yang susah bangun pagi.
Sudah hampir sebulan lebih sejak aku memasuki
semester 4 aku terbiasa dengan hal itu, aku harap ini menjadi kebiasaan baik
bagiku karena pada waktu-waktu itu para malaikat turun ke bumi untuk
mengabulkan doa-doa kita.
Ayahku mengajarkanku untuk membiasakan salat
tahajjud di sepertiga malam, tapi aku tidak tahu kapan tepatnya sepertiga malam
itu. Setiap kali aku terbangun tidak langsung bergegas keluar kamar karena
biasanya aku merenung di atas kasur dengan mata terbuka menatap langit-langit
kamar yang sunyi, entah apa yang aku pikirkan.
Aku baru akan beranjak dari kasur setelah aku
merasa diriku benar-benar sadar. Untung saja kamar mandinya tak jauh dari kamar
kostku yang sempit ini. Tak lupa aku meneguk segelas air putih karena menurut
artikel yang pernah aku baca bahwa minum segelas air putih setelah bangun tidur
akan membersihkan organ-organ tubuh bagian dalam. Benar atau tidak yang jelas
aku membiasakan hal itu sejak dulu.
Setiap kali usai berwudhu, aku merasa ada
semangat baru di wajahku, tak ada lagi rasa kantuk yang menggoda mataku, mungkin
inilah keajaiban berwudhu yang aku rasakan. Doa-doa yang terselip dalam salat
malamku begitu membludak seolah aku menginginkan banyak sesuatu dariNya. Namun
aku sadar, doa saja tidak cukup untuk mendapatkan apa yang kuinginkan. Aku
teringat pepatah “Usaha tanpa doa, sombong. Doa tanpa usaha, bohong”.
Yang aku pahami dari kata-kata itu bahwa doa dan usaha harus seimbang, karena
aku tidak mau usaha dan doa yang kulakukan selama ini sia-sia.
Kadang aku meneteskan air mata ketika aku
komat-kamit merengek meminta sesuatu kepadaNya. Betapa cengengnya diriku hingga
mengeluarkan air mata seperti itu, namun aku tidak malu karena hanya ada aku
dan Dia Yang Maha Pengasih serta para malaikat yang menemani. Aku yakin setiap
doa yang kupanjatkan akan terkabul entah itu besok, minggu depan, bulan depan,
tahun depan atau bahkan ketika di akhirat nanti. Aku tetap bersyukur dengan apa
yang diberikanNya kepadaku saat ini. Walaupun terkadang aku merasa kekurangan
tapi aku tetap mensyukurinya, karena aku yakin Allah akan memberikan apa yang
kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.
Hal yang kulakukan saat ini bukan mengeluh karena
banyak kekurangan, banyak masalah, atau bahkan banyak tugas. Tapi aku berusaha
bagaimana aku nyaman dengan keadaan yang ada. Aku baru merasakan manfaatnya
akhir-akhir ini, dulu aku sering mengeluh kepada temanku karena banyak tugas,
tentu dengan hanya mengeluh tugas-tugas itu tidak akan selesai. Sekarang aku
tidak lagi seperti dulu, aku bukan lagi bocah ingusan yang keras kepala yang
banyak maunya.
Aku baru sadar usiaku sebentar lagi akan
memasuki kepala dua, aku sendiri kadang masih belum percaya kalau aku sudah
menginjak dewasa. Aku masih merasa seperti anak-anak yang suka minta uang kepada
orang tua, karena saat ini biaya hidupku
masih dari orang tua. Sungguh malu rasanya usia sebesar ini masih meminta uang
kepada orang tua, namun karena aku sendiri belum bekerja dan masih harus
menyelesaikan kuliah sehingga orang tuaku mengerti akan hal itu.
Tapi
walau bagaimanapun aku ingin berusaha mencari uang sendiri untuk meringankan
beban orang tua, apalagi adik perempuanku sudah mau memasuki bangku SMA dan banyak
pula kebutuhannya yang harus dipenuhi. Aku sama sekali tak ingin membebani
mereka, aku ingin hidup mandiri dan bahkan aku ingin membantu semua kebutuhan
sekolah adik-adikku. Itulah doa-doaku yang terselip dalam salat malamku selama
ini, mungkin usaha yang aku lakukan belum maksimal untuk mendapatkan hal itu.
Aku sudah menemukan jalan hidupku, aku tahu
bakatku bukan dalam hal akademik karena dari dulu memang akademikku lemah.
Kuliah bagiku bukan hanya duduk di dalam kelas setia mendengarkan materi yang
belum tentu terserap ke dalam otakku, tapi bagiku kuliah justru untuk menemukan
banyak hal dari sebuah heterogenitas. Semakin banyak perbedaan yang kutemukan
maka semakin banyak pula arti hidup yang kudapatkan. Yang terpenting aku
lakukan saat ini adalah bagaimana caranya untuk bisa tetap istiqomah dalam
kebaikan.
*Karangan Devki Firmansyah
*Karangan Devki Firmansyah
*100 besar Cerita Mini Internasional yang diselenggarakan oleh PPI Yaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar